Teori Psikoanalisis: Carl Gustav Jung


Penulis: R. Bimo Langgeng Teguh Pribadi
NIM:      190541100113


    Bagi anak jurusan psikologi, pasti tidak asing dengan nama Carl Gustav Jung (cara baca 'Yoong'). Beliau adalah seorang psikolog dari Swiss kelahiran Kesswill, sebuah kota kecil di Swiss, 26 Mei 1875 dan meninggal di Küsnacht, 6 Juni 1961. Jung adalah salah satu kerabat Sigmund Freud, sebagian orang mengatakan bahwa Gustav Jung adalah murid dari Sigmund Freud. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu akhirnya Jung memiliki banyak kontra dengan teori Freud.

    Ayah Jung adalah seorang pendeta , dan 8 paman dari ayah dan 2 paman dari ibu juga adalah pastor. Keluarga ibu Jung memiliki tradisi sprititualisme dan mistisme. Jung menggambarkan ayahnya sebagai sosok yang idealis dan memiliki keraguan yang kuat terhadap iman agamanya dan Ibu Jung memiliki dua sifat yang berbeda, yaitu: 
  • Realistis, praktis, dan hangat.
  • Tidak stabil, mistis, cenanyang, kuno, dan kejam.
Jung merasa bahwa dirinya lebih mirip dengan kepribadian nomor 2 ibunya tersebut, atau ia biasa menyebutnya kepribadian malam.

    Ketika ibunya sakit, Jung harus terpisah dengan ibunya selama beberapa waktu dan hal inilah yang membuat Jung sulit mempercayai tentang adanya cinta dan sayang. Ketika Jung kuliah di Kedokteran, ia banyak melakukan percakapan dengan arwah-arwah anggota keluarganya sendiri dan dalam disertasinya ia mengatakan bahwa perjumpaan dengan arwah merupakan eksperimen-eksperimen yang dapat dikontrol oleh orang hidup. Dalam pernikahannya, Jung pernah terlibat hubungan yang mendalam, hingga berhubungan intim dengan salah satu pasiennya bernama Sabina Speilering.


Struktur Kepribadian




    Seperti Freud, Jung mengkategorikan kepribadian manusia dalam 3 tingkat, yaitu kesadaran, taksadar pribadi, dan ketidakesadar kolektif. Perbedaan nyata dari Jung dan Sigmund Freud ialah pada tahap "masa lalu". Jika Sigmund Freud menekankan bahwa masa lalu sangat berpengaruh dengan kepribadian seorang yang sekarang, maka Jung menggunakan teori yang berbeda, ia menyebutkan
masa lalu tidak selalu berpengaruh pada tahap seorang selanjutnya.

    Menurut Jung, kepribadian disusun oleh sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran; ego beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat tak sadar pribadi, dan asertif beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif. Teori psikoanalisis ini hampir sama seperti yang dimiliki oleh Freud,  tetapi sedikit lebih kompleks.




    Teori kepribadian Jung disebut analitycal psychology. Jung, sama halnya dengan Freud, mendasari teori kepribadiannya pada asumsi bahwa pikiran, atau psike, memiliki level kesadaran (consius), dan ketidaksadaraan (unconsius). Namun Jung menegaskan bahwa porsi yang paling penting dari ketidaksadaran atau alam bawah sadar buakan hanya dari pengalaman-pengalaman pribadi individu yang ditekan. Namun, eksistensi manusia di masa lampau, dari pengalaman-pengalaman emosional yang diwariskan dari nenek moyangnya. Gambaran-gambaran warisan ini merupakan sebuah konsep yang disebut oleh Jung yaitu collective unconsius.
  • Kesadaran
          Kesadaran dimulai sejak awal seorang dilahirkan, Jung membedakan teori kesadaran dengan id yaitu jika pada Sigmund Freud disebutkan bahwa id adalah pusat kepribadian, maka Jung menyebutkan jika teori Kepribadiannya adalah pusat dan inti dari kepribadian. Jung menyebutkan jika kepribadian ini telah dibawa sejak bayi telah menggunakan kesadaran yang umum-kasar. Bahkan mungkin sebelum dilahirkan. Secara berangsur kesadaran bayi yang umum-kasar, Pada seorang yang sehat secara psikologis, ego mengambil mempunyai posisi sekunder untuk diri yang tetap sadar (Jung, 1951/1959).
  • Ketidaksadaran Pribadi
          Ketidaksadaran Pribadi Pada teori ini Jung menyebutkan bahwa ketidaksadaran pribadi bersifat "menekan" sebuah ingatan atau pengalaman agar tidak muncul pada permukaan. Teori ini mirip dengan teori milik Sigmund Freud yaitu teori pra sadar.
  • Ketidaksadar Kolektif
          Teori ini berbeda dengan teori Ketidaksar pribadi. Teori ini disebutkan bahwa setiap manusia/individu sebenarnya telah memiliki sebuah cara pandang dalam menentukan dan suatu sikap untuk melakukan suatu kegiatan yang telah diperoleh dari leluhur. Isi dari ketidaksadar kolektif tidak tertidur tetapi aktif dan mempengaruhi seseorang pikiran, emosi, dan tindakan. Dalam hal ini, sebuah pikiran bukan berarti sebuah memori, tetapi hanya sebuah predisposisi atau sebuah tindakan.
  • Arketipe
          Arketipe berisi tentang image. Image tersebut berasal dari kesadaran kolektif. Seperti gambaran primordial lainnya, arketipe adalah bentuk tanpa isi, mewakili atau melambangkan peluang lainnya, arketipe memiliki bentuk seperti "kotak kosong" yang artinya dapat "diisi" lalu melambangkan peluang munculnya jenis persepsi dan aksi tertentu.
          Arketipe yang muncul pada pengalaman awal manusia membentuk pusat  kompleks yang mampu menyerap pengalaman lain kepadanya. Akan tetapi, Jung menyebutkan bahwa arketipe wajib dibedakan dengan naluri, karena naluri adalah sebuah insting yang tanpa diajarkan dan arketipe adalah sebuah penyerapan disekelilingnya.
          Arketipe dibagi menjadi beberapa kepribadian:


  1. Persona: Secara sederhana, persona ialah topeng, sebuah hal yang akan ditunjukan depan  publik. Persona ialah sebuah wajah ketika seorang melakukan kegiatan sosial dan menunjukkan apa yang diinginkan oleh individu lain.
  2. Anima dan Animus: Manusia pada dasarnya biseks. Tidak terkecuali pada hal kepribadian, ada arketipe feminim dalam kepribadian pria yang disebut anima,dan arketipe maskulin dalam kepribadian wanita disebut animus. Arketip itu merupakan produk pengalaman ras  manusia.
  3. Shadow (Bayangan): Bayangan adalah arketipe yang mencerminkan sisi gelap dan sisi gelap yang individu miliki. Akan tetapi, sisi buruk yang nyata sebenarnya tidak pernah terlihat karena individu yang biasanya hanya mengutamakan sisi persona daripada sisi bayangan.
  4. Self: yaitu arsetip yang memotivasi perjuangan orang menuju keutuhan. Arsetip self menyatakan diri dalam sebagai simbol, seperti lingkaran magis atau mandala (simbol meditasi agama Buddha, mandala dalam bahasa sansekerta artinya lingkaran),dimana self menjadi pusat lingkaran itu. Bentuk mandala itu didalamnya sering terdapat segi empat. Lingkaran menjadi simbol satu keutuhan dari segi empat bisa empat elemen dunia (api, air, tanah, angin).

Dinamika Kepribadian

Jung yakin bahwa manusia tetap berkembang atau berusaha berkembang dari tahap perkembangan yang kurang sempurna ke tahap perkembangan yang lebih sempurna. Jung membagi menjadi 2 dinamika kepribadian, yaitu:

  • Kausalitas dan Teleologi

        Sigmund Freud sangat bergantung pada sudut pandang kausal dalam penjelasan tentang perilaku orang dewasa karena pengalaman terdahulu. Akan tetapi, Jung mengkritik Freud untuk menjadi satu sisi di penekanannya pada kausalitas dan bersikeras bahwa pandangan kausal tidak bisa menjelaskan semua motivasi. Jung menyebutkan bahwa sebagian individu dapat menggunakan dan mengutamakan faktor teleologi.

  • Progresi dan Regresi

        Progresi merupakan gerak ke kesadaran untuk proses adaptasi atau penyesuaian yang terus menerus terhadap tuntutan kehidupan secara sadar. Kondisi progresi didistribusikan secara seimbang kedalam seluruh kepribadian. Apabila gerak progresi dalam kesadaran bertambah, maka energi dalam ketidaksadaran akan berkurang. Regresi ialah sebuah kebalikan dari progresi. Regresi lebih menekankan pada suatu proses yang terhambat karena gagalnya perkembangan seorang tersebut ditahap tertentu dan hal tersebut ditekan hingga berpengaruh pada individu yang sekarang. Efek dari regresi yang paling terlihat ialah hampir tidak terlihat  dari perkembangan individu dalam progres menjadi lebih baik.




Daftar Rujukan:


Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. Malang: UMMPress.

Feist, Jess & Gregory J, Feist. 2018. Theories of Personality (NinthEdition). New York: Mc Graw - Hill Education.

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal lebih dalam apa itu: Binge-Eating Disorder

Disforia Gender, Sang 'Pejuang' dalam Diri Sendiri